Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam

Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam - Islam mengajarkan kita bagaimana caranya mengatur konsumsi secara baik sehingga adanya keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Realita yang kita jumpai sekarang ini bahwa umumnya seorang pegawai atau karyawan akan terlihat sekarat secara ekonomi pada minggu-minggu ketiga setiap bulannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pembahasan kita kali ini, karena itu sangat tergantung pada perilaku karyawan tersebut dalam mengatur keuangannya.

Sebelum kita masuk pada pembahasan inti kita tentang perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya pengertian dari perilaku konsumen. Berikut beberapa pengertian perilaku konsumen menurut para ahli:

James F. Engel, mengartikan bahwa perilaku konsumen  adalah tindakan–tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan - tindakan tersebut.

Menurut David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta, perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang–barang dan jasa.

Sedangkan menurut Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf , perilaku konsumen  adalah tindakan–tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber – sumber lainnya

Dan terakhir menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, perilaku konsumen adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang - barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas kita dapat simpulkan bahwa perilaku konsumen ialah suatu proses mengatur, mengambil keputusan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam hal mendapatkan atau mempergunakan suatu barang atau jasa.

Secara garis besar kita telah mengetahui apa itu perilaku konsumen. Sekarang kita akan masuk pada pembahasan inti kita tentang perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam.

Perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional
     1. Preferensi
Dalam preferensi, konsumen lebih menyukai barang-barang tertentu dibanding dengan barang-barang lain. Ada tiga asumsi dalam preferensi, yaitu: 
- Komplit/kelengkapan, konsumen mengetahui nilai utilitas dari semua pilihan yang diinginkannya.
- Transitif/konsisten, konsumen selalu konsisten dalammembuat suatu pilihan antara berbagai kombinasi barang yang ada.
- Lebih banyak lebih disukai (tanpa kepuasan), konsumen tidak merasa puas sepenuhnya meskipun sudah memperoleh semua barang kebutuhanya.
      2. Budget line
Budget line atau garis anggaran adalah garis yang menunjukkan kombinasi dua barang yang dapat dibeli konsumen. Garis anggaran sering disebut isocost, karena semua titik pada garis tersebut mengungkapkan sejumlah barang dengan pengorbanan biaya yang sama.
      3. Pilihan konsumen
Preferensi dan garis anggaran merupakan dua instrumen yang diperlukan dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen tentang apa yang ingin dikonsumsinya.
Teori-teori konvensional tentang perilaku konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu pada umumnya memiliki beberapa asumsi, yaitu :
  • Barang atau jasa itu memiliki kegunaan (Utilitas) tertentu.
  • Setiap konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang adalah ingin mencapai kepuasan total yang maksimal.
  • Jika suatu barang dikonsumsi secara terus menerus, maka tambahan kegunaan (utilitasnya) akan semakin menurun. Hal ini mengacu dengan hukum pertambahan utilitas yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility).
  • Jika konsumen mengkonsumsi lebih dari satu macam barang, maka ia akan menentukan kombinasi yang dapat memberikan tingkat kegunaan atau kepuasan yang maksimal.
  • Konsumen akan berhenti mengkonsumsi suatu barang jika guna marginalnya sudah menyamai atau lebih rendah dari harga barang yang bersangkutan.
  • Konsumen akan berupaya memaksimalkan kepuasannya sesuai dengan anggaran belanja yang dimilikinya.
  • Konsumen dalam kondisi ekuilibrium atau seimbang jika dia telah menggunakan pendapatannya dengan cara sedemikian rupa sehingga kegunaan dari mata uang (harga) terakhir yang dibelanjakannya pada berbagai komoditi adalah sama.
Perilaku konsumen dalam ekonomi Islam
      Adiwarman Karim dalam bukunya Ekonomi Mikro Islami menyebutkan bahwa perilaku rasional mempunyai dua makna, yaitu pertama: metode, “action selected on the basis of reasoned thought rather than out of habit, prejudice, or emotion” (tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan kebiasaan, prasangka atau emosi), dan kedua: makna,”action that actually succeeds in achieving desired goals.”(tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai)
       Said Sa’ad Marthon dalam bukunya Ekonomi Islam; Di Tengah Krisis Ekonomi Global mengatakan bahwa sepanjang konsumen dapat berpegang teguh pada aturan dan kaidah syariah dalam berkonsumsi, maka konsumen tersebut dikatakan mempunyai rasionalitas (kecerdasan).
Ada beberapa aturan yang dijadikan sebagai pegangan untuk mewujudkan rasionalitas dalam berkonsumsi;
      1. Tidak boleh hidup bermewah-mewah
   2. Pelarangan Israf, Tabdzir dan Safih. Israf adalah melampaui batas hemat dan keseimbangan dalam berkonsumsi. Tabdzir adalah melakukan konsumsi secara berlebihan dan tidak proporsional. Sedangkan Safih adalah orang yang tidak cerdas (rusyd), dimana ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariah dan senantiasa menuruti hawa nafsunya.
     3. Keseimbangan dalam berkonsumsi
     4. Larangan berkonsumsi atas barang dan jasa yang membahayakan
    Dari penjelasan di atas kita dapat membedakan bahwa perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional lebih mengutamakan pencapaian kepuasan dalam hal mengkonsumsi suatu barang. Sedangkan dalam Islam menganjurkan untuk mengkonsumsi sesuatu secara tidak berlebih-lebihan, dalam artian memakai sesuatu barang yang benar2 ia butuhkan, bukan semata karena keinginannya.
     
     Demikianlah pembahasan singkat tentang perilaku konsumen secara konvensional maupun Islam. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari pembahasan ini, dan sudah selayaknya kita sebagai umat Islam dapat bertindak/berperilaku sesuai ajaran-ajaran Islam. Sekian dan terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel